Dia Untuk Aku
“Aku heran sama kamu. Jelas – jelas kita udah ngga ada hubungan lagi. Tapi kenapa kamu harus slalu ada dideketku. Denger ya, ta. Aku ngga suka kamu deket sama sahabatku. Jangan buat aku benci sama kamu gara – gara ini. Aku ngga peduli kamu deket siapapun, asal jangan sahabatku!!”
Anyone, someone, help me out here.. !! Selalu aja kayak gini. Kisah cintaku selalu muter – muter, bolak – balik, n akhirnya mentok di kamu. Hhhhh, dunia emang sempit! Kenapa sich semua yang deket sama aku slalu ada hubungannya sama kamu??
Cukup lelah mengamati apa yang udah kutulis di selembar kertas orak orek.. Tunggu dulu, kertas orak orek?? Astagaaa!!! Aku lupa kalo sekarang sedang ulangan Trigonometri. Cepat cepat aku mengerjakan soal ulangan yang sebenarnya tidak kumengerti sama sekali. Yaah, daripada ngga buat sama sekali, seenggaknya ada usaha lah. Waktuku tinggal 5 menit lagi. Coba aja ada sebuah mukzijat yang datang menyelamatkanku dari ulangan ini, haah tapi itu cuma mitos! Si guru killer ngga berkedip sama sekali demi ngawas ulangan. So, ngga ada kesempatan buat aku lirik kanan lirik kiri. Pasrah ajalah dengan keadaan. Ngga terasa waktupun habis, tanpa ba-bi-bu lagi si guru killer udah narik kertas ulanganku n ngga ngebiarin aku buat ngerjain soal lagi dikiiiit aja. (sebenernya banyak sich. hehehe..).
Bel istirahat pun berbunyi. Saatnya makan, tapi aku enggan pergi ke kantin. Brenda datang menghampiriku.
“Gimana ulangannya ta, sukses kan??” tanya Brenda kepadaku.
“Sukses, sukses banget ngga bisa jawabnya. Gila yaa, soal 10 aku cuma bisa jawab 5. Itupun kalo bener.” jawabku.
“Hahaha. Sante aja ta, kita sekelas pasti remidi. Secara, matematika cuma Pak Buntarto aja yang ngerti. Ngajar sendiri,ngerti sendiri.” kata Brenda.
“Iyaa, aku udah sante kok bren, soal matematika aku remidi sich aku udah ngga kaget. Cuma ada masalah yang bikin aku sport jantung.” kataku.
“Apa’an ta? Cerita donk, cerita. Ayolah ta sama sahabat sendiri..” mohon Brenda.
“Ini lho bren, masalah Alvin. Aku udah putus lama sama dia..” kataku.
“Iyaa trus, masalahnya apa??” tanya Brenda bingung.
“Sekarang aku lagi deket sama seseorang, aku udah nyaman dengan orang tersebut. Tapi setelah di cek and ricek, orang itu ada hubungannya dengan Alvin. Sebut aja yah, Dimas. Dimas itu sahabat baiknya Alvin. Sebelumnya aku ngga tau kalau mereka sahabatan. Kalau aku ngejauhin Dimas karena tau dia sahabatnya Alvin, aku ngga mau. Dimas terlalu baik buat diperlakukan seperti itu. Sedangkan kalau aku ngga ngejauhin Dimas, aku bakal slalu ada dalam bayang – bayang Alvin. Aku harus gimana Brenda??” tanyaku dengan cemas.
“Gini yaah Meta Eta Marisha. Kamu udah SMA kan?? Udah bisa ngebedain mana yang baik dan buruk? So, semua jawaban itu ada di diri kamu sendiri. Aku sebagai sahabat cuma ngedukung kamu dari belakang. Apapun pilihanmu, itulah yang terbaik buat kamu, sahabatku..” jawab Brenda menenangkan ku.
“Tapi tunggu dulu. Heyy, Dimas itu siapa?? Kok kamu ngga pernah cerita??” tanya Brenda seolah – olah menginterogasi pencuri ayam.
“Hehehe. Ada dech, mau tau aja. Laper nich, makan yuk.” kataku beranjak pergi.
“Yeehh, ini anak ditanyain malah ngalihin pembicaraan. Pinter ngeles kamu yah, kayak bajaj. Etaaa.. tunggu .. !!!” teriak Brenda.
***
Sebelumnya aku emang udah deket sama Dimas. Dia berbeda. Aku slalu nyaman deket dia. Dia sabar menghadapi aku yang keras kepala, dingin dan susah ditebak. Dimas incredible dah pokoknya. Bersamanya aku tenang, tanpanya aku gelisah. Jujur aja, aku cinta Dimas. Tak peduli dengan semua kekhawatiranku dulu bahwa dia hadir hanya untuk melukaiku demi membahagiakan sahabatnya. Iyaa , Alvin.
Aku sedang berbincang – bincang dengan Brenda. Seperti biasa, 2 piring batagor, 2 gelas orange jus dan 1 gorengan slalu menemani kami jika sedang ngobrol di kantin. Brenda Sagita. Sesosok perempuan manis, cerewetnya bukan main, lucu juga manis itu merupakan sahabat karibku sejak SMP. Hingga saat ini kami slalu bersama – sama. Tidak heran kalau banyak yang mengira kami itu saudara. Ditengah asyiknya kami mengobrol , handphone-ku bergetar.
From : Dimas
Ta, jam 7 aku tunggu km di pantai biasa. Aku pengen ngomong sesuatu. Penting nich. Dateng yah ta .. J
Deg deg , deg deg. “Kok aku jadi jadi sport jantung gini yahh?? Dimas kan cuma pengen ngomong sesuatu. Tapi apa yang mau dia omongin??” bathinku.
“Bren, Dimas ngajak aku ketemu. Dia mau ngomong sesuatu. Tapi apa yaah?? Aku harus pake baju apa nanti?? Trus aku harus harus dandan seperti apa?? Aku kan ngga bisa dandan. Ya ampun nervous banget nich , Bren.” kataku gugup.
“Huuuhh , huuhhh. Tarik nafas .. hembuskan. Tarik nafas lagi.. hembuskan. Hehehe. Ya ampun eta, ribet banget sich. Dimas itu ngajak kamu ketemu biasa, bukan mau kondangan.” kata Brenda sambil terkekeh.
“Kira – kira, Dimas mau bilang apa yah??” tanyaku pada Brenda.
“Iya mana ku tau, ta. Mungkin aja Dimas say “Love” to you.” kata Brenda.
“Apa bren? Kamu bilang apa barusan??” kataku bingung.
“Ohh, ngga ngga. Cuma angin lewat doang kok, ta. Hehe.” jawab Brenda gugup.
***
Sesosok pria tinggi berdiri memandang deburan ombak yang menghantam karang. Tak asing dimataku, karena dia adalah Dimas. Semakin ku mendekat, perasaan ini tak menentu. Mendengar suara langkah kakiku, dia membalikkan badan. Menyunggingkan senyum simpul yang begitu khas.
“Eeehmm, udah lama nunggu??” tanyaku gugup.
“Ngga kok ta, aku juga baru dateng. Ada yang mau kujelasin ke kamu..” kata Dimas.
“Hhhhh, ok.mau bicara apa Dim?” jawabku dengan senyum memaksa.
”Aku Cinta Kamu, Meta. Ngga peduli kamu pernah jadi miliknya Alvin. Cintaku tulus. Kamu mau jadi pacarku?” kata Dimas meyakinkan.
Speechless! Sumpah speechless banget. Seneng banget. Serasa terbang kelangit ketujuh. Tanpa mengulur waktu, akupun menjawab. “Ya, dimas..”
Hari – hariku kini berbeda, tak sesuram dulu ketika aku hanya memikirkan 1 orang, yaitu Alvin. Tapi tidak untuk saat ini. Semakin lama aku semakin bisa membuka hati untuk orang lain. Aku yang typical orang yang suka berangan – angan mempercayai, bahwa cinta akan datang tanpa kita ketahui. Kita tidak bisa memprediksinya, kita hanya dapat merasakannya. Mungkin hanya beberapa orang yang mengerti apa yang tengah kurasakan kini. Bukannya aku cewek yang suka memilih, tapi apa yang bisa kupilih jika tidak ada pilihan? Aku hanya ingin mencari yang terbaik dari yang terbaik. Aku tidak pernah mengkotak-kotakkan manusia. Harus seperti ini, harus seperti itu, harus seperti yang ku mau. Bukan! Karena jika hatiku telah menuntunku pada satu hati, maka itulah cinta yang kumiliki sesungguhnya. Bukan atas fisik dan materi yang mereka punya, melainkan dengan kasih sayang tulus yang mereka berikan untuk kita. And you know what, I Love You just the way you are, Dimas ..
MD ^_*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar